Sejarah Singkat Kerajaan Samudera Pasai

Rahmad Ardiansyah

Pola persebaran Islam hampir sama dengan pola persebaran agama Hindu Buddha yaitu lewat perdagangan. Letak Indonesia sebagai penghubung urat nadi perdagangan kuno di dunia menjadikan Indonesia sebagai tempat yang banyak menerima berbagai budaya dari negara – negara yang memiliki andil dalam perdagangan kuno didunia. Tercatat India, negara – negara arab, Cina dan negara – negara Eropa menjadi negara – negara yang menghidupkan perdagangan pada masa kuno. Dengan adanya perdagangan ini, berbagai aspek sangat mempengaruhi perkembangan di Indonesia. Salah satu pengaruhnya adalah perkembangan kerajaan. Masa awal terbentuknya kerajaan – kerajaan di Indonesia adalah pengaruh dari agama yang dibawa dari India yaitu agama Hindu dan Buddha. Selanjutnya pengaruh Islam dari arab masuk dan mulai terbentuk pula kerajaan – kerajaan bercorak Islam salah satunya adalah Kerajaan Samudera Pasai.  

 Letak Samudera Pasai

Kerajaan Islam pertama yang berdiri di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudra Pasai terletak di pantai timur sebelah utara Pulau Sumatera yaitu disekitar Kota Lhokseumawe, Aceh Utara. Letaknya yang strategis yaitu berada di selat Malaka sebagai jalur perdagangan internasional menjadikan Karajaan Samudera Pasai menjadi salah satu kerajaan yang cepat perkembangannya. Samudera Pasai pada waktu itu menjadi tempat transit serta pasar rempah rempah di kawasan Asia Tenggara. Dengan letaknya yang strategis itulah Samudera Pasai mengalami perkembangan yang pesat.

Peta Samudera Pasai

Perkembangan Kerajaan Samudra Pasai

Samudera Pasai diperkirakan berdiri pada tahun 1267 Masehi. Hal ini diperkuat dengan bukti adanya batu nisan dari raja pertama Samudera Pasai yaitu Sultan Malik Al Saleh yang bertanda tahun 1297 Masehi sebagai tahun wafatnya Sultan Malik Al Saleh. Sumber lain yang menjelaskan adanya kerajaan adalah sebagai berikut :

  1. Berita dari seorang penjelajah dari Italia yang bernama Marcopolo yang pernah singgah di daerah Samudera Pasai pada 1292
  2. Berita dari Ibnu Batutah (1304-1368) yang mengaku pernah singgah di Samudera Pasai
  3. Hikayat dari raja – raja Pasai karangan Hamzah Fansuri pada abad ke 15 M
  4. Batu nisan Nahrasiya yang memiliki anggka tahun 1428

Raja pertama dari Samudera Pasai adalah Malik Al Saleh hal ini dibuktikan dari hikayat Melayu serta pendapat dari ahli – ahli sejarah seperti Snouck Hurgronye, J.L. Moens, H.K.J. Cowan dan lain – lain. Berdirinya kerajaan Samudera Pasai bertepatan dengan kemunduran Kerajaan Sriwijaya. Sebelum terbentuknya kerajaan Samudera Pasai, Malik Al Saleh memiliki gelar yaitu Meurah Sile atau Meurah Selu. Merah pada gelar Malik Al Saleh bermakna bahwa dia adalah anggota bangsawan, sedangkan selu diperkirakan berasal dari kata sungkala yang aslinya berasal dari Sanskrit Chula.

Kerajaan Samudera Pasai berada pada dua kota yaitu Samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Keduanya sudah masuk dalam agama Islam yang kemudian diastukan oleh Meurah Selu yang masuk islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang yang diutus Syarif Mekkah. Merah Selu kemudian dinobatkan menjadi raja (sultan) dengan gelar Sultan Malik Al Saleh.

Kehidupan Politik

Setelah resmi menjadi Kerajaan Islam, Samudera Pasai berkembang pesat dalam bidang perdagangan dan pusat studi Islam. Pedagang dari negara – negara bercorak Islam seperti India, Benggala, Gujarat, Arab dan Cina mulai berdatangan di Kerajaan Samudera Pasai. Setelah pertahanan Kerajaan Samudera kuat, Samudera Pasai mulai memperluas wilayah kekuasaan ke daerah pedalaman seperti Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai.

Sultan Malik Al Saleh meninggal pada tahun 1297 dan dimakamkan di Kampung Samudera Mukim Blang Me. Jabatan sultan di Samudera Pasai kemudian dilanjutkan oleh puteranya yaitu Sultan Malik As Zahir dari hasil perkawinannya dengan puteri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan Malik As Zahir koin emas dijadikan sebagai alat pertukaran. Sultan Muhammad Malik As Zahir meninggal pada tahun 1326 dan digantikan Sultan Mahmud Malik As Zahir yang memerintah hingga 1345.

Pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai pernah dikunjungi Ibnu Batutah, seorang yang berasal dari Maroko dan merupakan utusan dari Delhi yang melakukan perjalanan ke Cina dan singgah di Samudera Pasai pada tahun 1345. Ibnu Batutah menyebut Samudera Pasai dengan Sumutrah untuk sebutan Samudera dan kemudaian berkembang menjadi nama pulau Sumatera.

Ibnu Batutah berpendapat, Samudera Pasai memiliki armada dagang yang kuat. Sultan Samudera Pasai yang bermazhab Syafi’i dan ingin membuat Samudera Pasai sebagai pusat agama Islam yang bermazhab Syafi’i.

Selanjutnya pemerintahan dilanjutkan oleh Sultan Ahmad Malik As Zahir putra Mahmud Malik As Zahir. Pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai pernah diserang Majapahit pada tahun 1345 dan 1350 dan menyebabkan Sultan Pasai harus melarikan diri dari ibukota kerajaan. Samudera Pasai baru bangkit kembali dibawah pemerintahan Sultan Zain Al Abidin Malik As Zahir tahun 1383 yang memerintah hingga tahun 1405.

Armada Ceng Ho juga sempat singgah di Samudera Pasai dengan 208 kapalnya yang mengunjungi Samudera Pasai berturut – turut pada tahun 1405, 1408 dan 1412. Dari laporan Cheng Ho yang dicatat pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Zin, Samudera Pasai dideskripsikan memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur dengan bagian timur berbatasan langsung dengan Kerajaan Aru, sebelah utara berbatasan dengan laut, sebelah barat berbatasan dengan dua kerajaan yaitu Nakur dan Lide. Sedangkan sisi barat berbatasan dengan Kerajaan Lambri (Lamuri) yang disebutkan berjarak 3 hari 3 malam dari Samudera Pasai.

Dalam kunjungannya ke Samudera Pasai, Cheng Ho menyerahkan Lonceng Cakra Donya. Pada tahun 1434, Sultan Pasai mengirim saudaranya yang dikenal dengan Ha-li-zhi-han namun wafat di Beijing. Kaisar Xuande dari Dinasti Ming kemudian mengutus Wan Jinhong untuk memberitakan kematian tersebut ke Samudera Pasai.

Bangsa Portugis memasuki area Samuder Pasai pada abad ke 16 dan mampu menguasai Samudera pasai pada tahun 1521 hingga 1541. Selanjutnya wilayah Samuder Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Saat itu yang memerintah Aceh adalah Sultan Ali Mughayat.

Berikut adalah sultan yang pernah menjabat di Samudera Pasai :

  1. Sultan Malik As Saleh (Malikul Saleh / Meurah Silu)
  2. Sultan Malikul Zahir I
  3. Sultan Muhammad
  4. Sultan Ahmad Maikul Zahir
  5. Sultan Zainal Abidin
  6. Sultanah Bahiah (puteri Zainal Abidin)

Kehidupan Ekonomi

Perekonomian Kerajaan Samudera Pasai ditopang oleh perdagangan dan pelayaran. Dalam catatan Ma Huan, disebutkan sebanyak 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Alat pembayaran di Samudera Pasai adalah koin emas dengan mata uang bernama Deureuham (dirham) yang terbuat dari 70% emas murni seberat 0,60 gram, berdiameter 10 mm, dengan mutu 17 karat.

Letak strategis kerajaan yang berada pada jalur perdagangan dunia sangat menguntungkan Kerajaan Samudera Pasai. Samudera Pasai memanfaatkan jalur pelayaran Cina – India – Arab sebagai tempat perdagangan. Samudera Pasai seringkali digunakan sebagai tempat singgah para pelayar untuk mengisi perbekalan yang digunakan untuk melanjutkan pelayaran.

Sementara itu, penduduk Pasai umumnya menanam padi di ladang yang bisa memanen hingga 2 kali serta memiliki sapi perah yang menghasilkan keju. Rumah Penduduk setinggi kira – kira 2,5 meter yang terdiri dari beberapa bilik dengan lantai terbuat dari kayu kelapa atau pinang yang disusun dengan rotan, sedangkan diatasnya dihamparkan tikar terbuat dari rotan atau pandan.

Kehidupan Sosial Budaya

Para pedagang yang menempati sementara menetap di sekitar Selat Malaka dan Samudera Pasai seringkali bergaul dengan masyarakat sekitar sehingga banyak pengaruh baik kepercayaan maupun kebudayaan yang kemudian menyebar di Samudera Pasai, seperti contoh agama Islam dari Gujarat, Persia dan Arab yang menyebar ketika perdagangan berlangsung. Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh agama Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Dari aliran syiah menjadi aliran syafi’i di Samudera Pasai ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Adat istiadat Islam pun bercampur dengan adat istiadat setempat.

Penjelasan Ibnu Batutah Mengenai Samudera Pasai

Menurut Ibnu Batutah, Samudera Pasai memiliki benteng pertahanan dari batu dan memagari kotanya dengan kayu yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhan. Terdapat masjid di pusat kerajaan, pasar dan juga dilewati sungai air tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan,walau muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik. Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang airnya berputar – putar kemungkinan berkaitan dengan ini.

Struktur Pemerintahan Samudera Pasai

Struktur pemerintahan Samudera Pasai terdapat menteri, syahbandar dan kadi. Anak raja bernama sultan baik laki – laki maupun perempuan mendapat gelar Tun begitu juga perjabat tinggi kerajaan. Dalam kerajaan Samudera Pasai terdapat beberapa kerajaan bawahan atau kerajaan vassal dengan penguasa bergelar sultan.

Agama Kerajaan Samudera Pasai

Agama mayoritas di Samudera Pasai adalah agama Islam. Selain itu masih berkembang pula ajaran Hindu dan Buddha yang mewarnai masyarakat kala itu walaupun jumlahnya sedikit. Dari catatan Ma Huan dan Tome Pires menyebutkan bahwa masyarakat Pasai mirip dengan Malaka seperti dalam hal bahasa, tradisi, perkawinan dan kematian. Kesamaan inilah yang kemungkinan memudahkan berkembangnya Islam dan diperkuat oleh pernikahan antara putri Pasai dengan raja Malaka seperti yang diceritakan dalam Sulalatus Salatin.

Kemunduran Samudera Pasai

Masa kemunduran Samudera Pasai adalah ketika terjadi pertikaian di Pasai yang menyebabkan perang saudara. Dalam Sulalatus Salatin menyebutkan Sultan Paai meminta bantuan Sultan Malaka untuk meredam kekacauan di kerajaan. Pada akhirnya Kesultanan Samudera Pasai runtuh oleh Portugis pada tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukkan Malaka pada tahun 1524 dan kemudian pada tahun 1524 Pasai masuk dalam Kesultanan Aceh.

Bagikan:

Tags

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang. Sejak menjadi pelajar saya hobi terkait IT terkhusus pengelolaan blog. Selain mengelola website Idsejarah.net, saya juga menjadi admin web mgmpsejarahsmg.or.id, admin web sma13smg.sch.id sekaligus menjadi salah satu penulis LKS di Modul Pembelajaran MGMP Sejarah SMA Kota Semarang. Saat ini saya sedang menjalankan program Calon Guru Penggerak angkatan 10. Projek web Idsejarah.net saya harapkan akan menjadi media untuk mempermudah guru sejarah dalam mengakses artikel, video, dan media pembelajaran terkait pembelajaran sejarah. Website ini akan terus dikelola dan dikembangkan agar semakin lengkap. Kedepannya besar harapan saya untuk mengembangkan aplikasi android untuk guru sejarah. Selain mengelola website, saya juga aktif mengelola channel Youtube Idsejarah sebagai media berekspresi platform video online.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah