Masjid Menara Kudus dan Makam Sunan Kudus

Rahmad Ardiansyah

Masjid Kudus disebut juga Masjid Menara Kudus atau Masjid Al Aqsa dan Masji Al Manar merupakan masjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 M atau 956 H dengan menggunakan batu Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Masjid Menara Kudus terletak di Desa Kauman, Kota Kudus, Kabupaten Kudus. Keunikan dari masjid ini adalah bentuknya yang memiliki kemiripan dengan candi Hindu zaman Majapahitan. Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan dari budaya Islam dan Hindu.

Sebagaimana Walisongo yang lain, Sunan Kudus memiliki cara tersendiri untuk melakukan dakwah kepada masyarakatnya. Beliau mampu beradaptasi terhadap budaya Hindu Buddha yang telah mengakar di masyarakat Kudus. Dakwah yang dilakukan Sunan Kudus yaitu dengan melakukan pendekatan kebudayaan salah satunya tercermin dari bentuk Masjid Menara Kudus yang mengadopsi bangunan Hindu agar pemeluk agama Hindu di Kudus tertarik.

Adapun cara dakwah Sunan Kudus yaitu dengan membangun masjid dengan arsitektur yang mirip dengan candi serta mengikat sapi yang merupakan hewan kehormatan pemeluk agama Hindu di depan masjid. Setelah itu Sunan Kudus mengajak masyarakat sekitar untuk datang ke masjid untuk mendengarkan tablighnya. Mereka yang datang selama berjalannya waktu sebagian besar masuk ke Islam dan sebagian diantaranya tidak. Sunan Kudus sangat menghormati sapi dan tidak mau menyembelihnya walau di ajaran agama Islam tidak ada kata haram untuk memakan daging sapi, namun untuk bertoleransi pada pemeluk agama Hindu pada saat itu, Sunan Kudus melarang melakukan penyembelihan sapi di wailayah Kudus dan tradisi ini berlanjut hingga saat ini.

Masjid ini berdiri pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini tercatat dalam sebuah inskripsi (prasasti) pada sebuah batu dengan lebar 30 cm dan panjang 46 cm didalam mihrab masjid yang ditulis dengan aksara Arab. Makam Sunan Kudus terletak di bagian belakang menara yang selalu ramai dikunjungi peziarah terutama pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan bukak luwur atau mengganti kain selambu makam. Di makam ini juga terdapat makam para ahli warisnya seperti Panembahan Palembang, Pangeran Pedamaran, Penembahan Condro, dan lain – lain.

Menara Masjid Al Manar Kudus

Menara pada masjid ini memiliki ketinggian 18 meter dengan bagian dasar bedenah 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan terdapat hiasan piring – piring bergambar yang berjumlah 32 buah. 20 buah berwarna biru dengan lukisan unta dan pohon kurma, sedangkan 12 lainnya berwarna merah putih dengan lukisan berupa kembang. Pada menara ini juga terdapat tangga yang terbuat dari kayu jati yang dibuat pada tahun 1895 M. Bangunan ini jelas memiliki unsur Hindu Jawa yang tercermin pada 3 bagian menara yaitu kaki, badan, dan puncak bangunan layaknya sebuah candi. Selain itu terdapat juga hiasan antefiks atau hiasan yang menyerupai bukit kecil di menara ini.

Kaki serta badan candi diukir dengan motif Jawa. Ciri lainnya terlihat dari penggunaan batu bata yang dipasang tanpa perekat layaknya candi – candi yang dibangun pada zaman Majapahit. Bentuk konstruksi bangunan Jawa juga terlihat pada kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk atap tajuk.
Pada bagian puncak atap tajuk terdapat mustaka (kepala) seperti atap tumpang bangunan pada masjid khas Jawa yang merujuk pada unsur arsitektur Jawa Hindu.

Tempat Wudhu

Selain menara masjid, di sekitar area masjid juga terdapat tempat wudhu dengan panjang 12 m, lebar 4 m, dan tinggi 3 m. Tempat wudhu ini memiliki delapan pancuran dengan arca yang berada di atasnya. Konsep tempat wudhu ini diyakini diadaptasi dari keyakinan Buddha yaitu Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga.

Makam Sunan Kudus

Setiap hari kompleks makam Sunan Kudus dipenuhi para peziarah. Makam ini berada tepat di belakang menara dengan melewati pintu kecil yang didalamnya terdapat pondokan – pondokan. Di tengah pondokan – pondokan tersebut konon dipercaya sebagai tempat bertemunya forum Walisongo dan tempat Sunan Kudus memberikan wejangan – wejangan kepada muridnya.

Di sebelah utara terdapat sebuah pintu kecil tempat makam Sunan Kudus. Di komplek pemakaman ini terdapat blok – blok dimana semuanya mempunyai hubungan dengan Sunan Kudus. Uniknya blok – blok tersebut memiki pintu berbentuk gapura candi. Tembok yang mengitari pemakaman pun disusun dari batu bata merah layaknya candi jaman Majapahit. Pengunjung makam akan membludak pada hari Sabtu dan Minggu.Tanggal 10 Syura merupakan puncak keramaian karena pada tanggal tersebut diadakan khaul wafatnya Sunan Kudus.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang. Sejak menjadi pelajar saya hobi terkait IT terkhusus pengelolaan blog. Selain mengelola website Idsejarah.net, saya juga menjadi admin web mgmpsejarahsmg.or.id, admin web sma13smg.sch.id sekaligus menjadi salah satu penulis LKS di Modul Pembelajaran MGMP Sejarah SMA Kota Semarang. Saat ini saya sedang menjalankan program Calon Guru Penggerak angkatan 10. Projek web Idsejarah.net saya harapkan akan menjadi media untuk mempermudah guru sejarah dalam mengakses artikel, video, dan media pembelajaran terkait pembelajaran sejarah. Website ini akan terus dikelola dan dikembangkan agar semakin lengkap. Kedepannya besar harapan saya untuk mengembangkan aplikasi android untuk guru sejarah. Selain mengelola website, saya juga aktif mengelola channel Youtube Idsejarah sebagai media berekspresi platform video online.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah