Bagaimana Politik Adu Domba atau Devide et Impera Diterapkan Sebenarnya?

Rahmad Ardiansyah

Devide Et Empera
Politik adu domba atau politik pecah belah atau dalam bahasa Belanda disebut Devide et Impera adalah suatu upaya dari Belanda untuk menguasai sebuah wilayah dengan menggunakan adu domba dalam sebuah sistem kerajaan. Upaya mengadu domba yaitu menggunakan kombinasi strategi politik, ekonomi dan militer yang bertujuan untuk mendapatkan serta menjaga wilayah kekuasaan dengan cara memecah belah kelompok besar menjadi kelompok – kelompok kecil agar lebih mudah ditaklukkan. Dalam arti lain, devide et impera juga merupakan upaya pencegahan kelompok – kelompok kecil untuk bersatu membentuk kelompok besar yang lebih kuat. Belanda menggunakan sistem devide et impera sejak awal memasuki Nusantara. Politik adu domba pada abad – 17 sangat digemari VOC untuk menguasai suatu daerah, dengan cara inilah Belanda yang bahkan jumlahnya jauh lebih sedikit dari pribumi bisa menguasai wilayah nusantara.

Secara antropologi, negara Indonesia adalah negara heterogen dengan adat budaya, agama, suku dan ras. Inilah yang memudahkan bangsa Belanda untuk melakukan politik adu domba. Dalam memecah belah, Belanda menggunakan aksi isu atau provokasi, propaganda, desas – desus, bahkan fitnah kepada kekuasaan yang ada dengan disusupi permusuhan besar.

Politik memecah belah ini menggunakan campuran strategi politik, ekonomi dan militer. Pelaksanaan sistem ini yaitu dengan mengangkat satu pemimpin untuk dijadikan calon pemimpin tandingan yang telah ada. Politik pecah belah diwujudkan dengan menentang suatu kekuasaan baik yang berada di pemerintahan maupun yang ada di masyarakat. Akan lahir dua pihak di dalam satu badan, baik di masyarakat maupun kerajaan, salah satu pihak tersebut dibantu Belanda sedangkan yang lain dipinggirkan. Belanda kemudian memunculkan isu – isu ketidakpercayaan terhadap pemimpin yang lama agar suatu kerajaan menjadi tidak solid. Bahkan terkadang ada bumbu – bumbu permusuhan dalam tubuh keluarga kerajaan yang pantas menduduki singgasana kerajaan diluar garis keturunan raja. Teknik yang digunakan Belanda dalam memecah belah adalah agitasi, propaganda, desas – desus dan bahkan fitnah.

Baca Juga : Hak Octroi Belanda di Indonesia

Contoh politik pecah belah adalah dengan memberi kehidupan layak suatu kelompok politik yang bertujuan agar lebih percaya ke pihak Belanda daripada kerajaannya sendiri. Selanjutnya kelompok tersebut menjadi duri dalam daging sebuah kerajaan.

Bagikan:

Rahmad Ardiansyah

Perkenalkan, saya Rahmad Ardiansyah, S.Pd. Guru lulusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang. Sejak menjadi pelajar saya hobi terkait IT terkhusus pengelolaan blog. Selain mengelola website Idsejarah.net, saya juga menjadi admin web mgmpsejarahsmg.or.id, admin web sma13smg.sch.id sekaligus menjadi salah satu penulis LKS di Modul Pembelajaran MGMP Sejarah SMA Kota Semarang. Saat ini saya sedang menjalankan program Calon Guru Penggerak angkatan 10. Projek web Idsejarah.net saya harapkan akan menjadi media untuk mempermudah guru sejarah dalam mengakses artikel, video, dan media pembelajaran terkait pembelajaran sejarah. Website ini akan terus dikelola dan dikembangkan agar semakin lengkap. Kedepannya besar harapan saya untuk mengembangkan aplikasi android untuk guru sejarah. Selain mengelola website, saya juga aktif mengelola channel Youtube Idsejarah sebagai media berekspresi platform video online.

Leave a Comment

Bantu kami untuk lebih berkembang dengan subcribe channel youtube idsejarah